KALAMOEDA.COM, Bandung – Dunia pendidikan seharusnya menjadi tempat yang aman bagi siapa pun. Tetapi baru-baru ini mencuat ke permukaan, kasus meninggalnya Pratama Wijaya (19), mahasiswa Unila, yang diduga karena mendapatkan kekerasan saat mengikuti Pendidikan Dasar (DIKSAR) Mahasiswa Ekonomi Pecinta Lingkungan (MAHAPEL) yang dilaksanakan pada November 2024 di Gunung Betung, Pesawaran.
Menurut keterangan Wirna Wani selaku ibu korban, korban diduga mendapatkan kekerasan berupa tendangan pada bagian dada dan perut serta dipaksa untuk meminum spiritus, informasi tersebut didapatkan oleh Wirna dari para saksi saat dilakukan pemeriksaan oleh Polda Lampung.
Selanjutnya Wirna menjelaskan tidak hanya kekerasan, korban juga mendapat ancaman.
“Dia cerita diancam kalo saya nya membuka ya masalah ini, saya harus menutupi biar anakku jangan dibunuh dia orang lah,” jelasnya, pada saat diwawancara TvOne News dalam kabar petang.
Diduga selama pelatihan diksar, korban yang mendapat kekerasan tidak hanya almarhum Pratama, ungkapan MAF salah satu teman kelompok Pratama mengaku turut mendapat kekerasan selama diksar yang menyebabkan telinga kirinya bermasalah.
“Telinga saya kiri itu pecah, nggak bisa denger bagian kiri yang mana sembuhnya itu lama 2-3 bulan tapi sekarang sudah mending meskipun hanya 95%,” jelasnya.
Atas kejadian ini Ibunda almarhum pratama berharap pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal atas meninggalnya sang anak.
Wita Meilina Laura telah berkontribusi pada penulisan ini
Sumber: TvOne News