KALAMOEDA.COM, Bandung – Dunia kampus bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga menjadi ruang bagi mahasiswa untuk membangun jejaring sosial, mengembangkan diri, dan menemukan jati diri.
Namun, dinamika pergaulan mahasiswa saat ini menuai perhatian berbagai pihak, terutama terkait pergeseran nilai dan tantangan moral yang menyertainya.
Fenomena gaya hidup bebas, budaya nongkrong hingga larut malam, serta meningkatnya penggunaan media sosial telah memengaruhi pola interaksi di kalangan mahasiswa. Tidak sedikit dari mereka yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif dan cenderung mengabaikan tanggung jawab akademik.
“Saya melihat ada kecenderungan pergaulan mahasiswa saat ini lebih terbuka, tapi juga lebih rentan terhadap pengaruh negatif,” kata Dr. Rina Mulyani, sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta dikutip dari Kompas.com.
Namun, tidak semua sisi pergaulan mahasiswa bernada negatif. Banyak komunitas dan organisasi kemahasiswaan yang menjadi wadah untuk pengembangan potensi dan karakter. Komunitas seperti relawan sosial, startup mahasiswa, dan forum diskusi akademik justru berkembang pesat di beberapa kampus besar.
“Pergaulan di kampus membentuk karakter kita. Kalau kita pandai memilih lingkungan yang positif, itu bisa jadi bekal berharga untuk masa depan,” ujar Raka, mahasiswa semester enam di Universitas Indonesia yang aktif dalam kegiatan sosial.
Pihak kampus pun berperan penting dalam membentuk budaya pergaulan sehat di lingkungan mahasiswa. Beberapa universitas telah menerapkan program pembinaan karakter dan etika digital, serta memperkuat kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat produktif dan positif.
Dilansir dari CNN Indonesia, pakar pendidikan tinggi, Prof. Edi Santoso, menekankan pentingnya sinergi antara keluarga, kampus, dan mahasiswa itu sendiri.
“Mahasiswa adalah agen perubahan. Tapi mereka juga manusia muda yang rentan. Maka, pembinaan yang seimbang antara kebebasan dan tanggung jawab sangat diperlukan,” ujarnya.
Pergaulan mahasiswa sejatinya adalah cerminan dari dinamika zaman. Tantangan akan selalu ada, namun dengan bimbingan yang tepat dan kesadaran diri yang kuat, mahasiswa dapat menjadikan pergaulan sebagai sarana pertumbuhan, bukan kehancuran.
Julio Fabian Putra telah berkontribusi pada penulisan ini
Sumber: Kompas.com, CNN Indonesia







