Menu

Dark Mode
Bubarkan DPR: Solusi Rakyat atau Masalah Baru? TNI Di Kampus: Sinergi Ilmu atau Ancaman Kebebasan Akademik? Roadshow Forum OSIS Kabupaten Bandung Barat Tahun 2025: Satukan Kesadaran Wujudkan Perubahan Tingkatkan Minat Baca, KKN 91 UIN Sunan Gunung Djati Bandung Resmikan Perpustakaan As-Sibyan KKN 91 UIN Bandung & Red.id Hadirkan Wahana Flying Fox untuk Siswa MI As-Sibyan HOS Project Selenggarakan Pengabdian Masyarakat Melalui Program Kawasan Bina Progresif I di Desa Bojongsari

Soft News

Dari Hinaan Menjadi Pabrik Nasional: Kisah Inspiratif Owner Muda Penerbit Lovrinz Publishing Raup Omzet Jutaan Rupiah

badge-check


					Sumber foto: Google Perbesar

Sumber foto: Google

KALAMOEDA.COM, Bandung – Tak ada yang menyangka bahwa mimpi seorang anak muda yang dulu sering diremehkan kini menjelma menjadi salah satu pilar industri literasi nasional. Lovrinz Publishing, sebuah penerbit independen yang berbasis di Cirebon, membangun cabang di Bekasi, Bandung dan Jakarta Timur, kini menjadi magnet bagi para penulis muda dan meraup omzet hingga jutaan rupiah tiap bulannya.

“Mimpi, Tolak Naskah, dan Cuan: Perjalanan Anak Muda Membangun Kerajaan Literasi Di Era Digitalisasi.”

Semua berawal dari satu kata: ditolak. “Naskah saya dulu pernah ditolak beberapa penerbit besar. Rasanya sedih, tapi dari situ saya malah terpacu buat bikin penerbit sendiri,” ujar Rina, pendiri Lovrinz Publishing, dalam wawancara eksklusif yang dilakukan Kala Moeda pada Jumat, 13 Juni 2025.

Didirikan pada tahun 2014 dari kamar kos berukuran 3×3 meter, Rini membangun Lovrinz hanya dengan satu laptop bekas dan mimpi besar: mengangkat karya anak bangsa ke kancah nasional, bahkan internasional. “Banyak yang bilang, ‘Siapa sih yang mau baca buku dari penerbit kecil?’ Tapi saya percaya, kalau kita konsisten, pasti ada hasilnya,” Tambahnya.

Kini, Lovrinz telah menerbitkan lebih dari 800 judul buku dan memiliki tim tetap sebanyak 180 orang. Penerbit ini juga terkenal berani menolak naskah yang tidak sesuai visi mereka. “Kami menolak lebih dari 60% naskah masuk. Bukan karena sombong, tapi karena kami ingin menjaga kualitas literasi,” ungkap Rina.

Dalam era digitalisasi, Lovrinz tak ketinggalan memanfaatkan platform daring. Dari pemasaran berbasis media sosial, penjualan lewat e-commerce, hingga komunitas pembaca daring yang aktif berdiskusi tiap minggu, semua dikelola dengan strategi yang adaptif dan kreatif. “Cuan bukan tujuan utama, tapi kami tidak anti uang. Justru dengan cuan itulah kami bisa berinovasi lebih jauh,” tambahnya sambil tertawa.

Rina juga aktif membimbing penulis pemula lewat pelatihan daring dan program mentoring intensif. “Misi kami bukan hanya mencetak buku, tapi mencetak penulis yang berani bermimpi,” tegasnya.

Banyak pihak kini mengapresiasi kontribusi Lovrinz dalam membangun ekosistem literasi yang sehat di Indonesia. “Lovrinz bukan sekadar penerbit, tapi pabrik mimpi yang mencetak karya anak muda,” ujar Ana, penulis yang bukunya menjadi best seller setelah diterbitkan Lovrinz.

Dari seorang pemimpi yang diremehkan, Rina telah membuktikan bahwa kerja keras, prinsip kuat, dan visi literasi yang jernih mampu mengubah hinaan menjadi harapan. Lovrinz Publishing adalah bukti bahwa di tengah derasnya digitalisasi, buku tetap hidup, dan mimpi tetap layak diperjuangkan.

Dina Nuraeni berkontribusi pada penulisan ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

HOS Project Selenggarakan Pengabdian Masyarakat Melalui Program Kawasan Bina Progresif I di Desa Bojongsari

5 August 2025 - 16:00 WIB

Hari Anti Narkotika Internasional 2025: BNN Kota Bandung Menggelar Workshop Pendidikan Anti Narkoba

14 July 2025 - 14:08 WIB

Tanpa Otak Tapi Masih Bisa Hidup: Sisi Lain Dunia Hewan Yang Mengejutkan

20 June 2025 - 16:40 WIB

Kesadaran Hidup Sehat Meningkat, Namun Gaya Hidup Tak Seimbang Masih Jadi Tantangan

16 June 2025 - 11:03 WIB

Sering Konsumsi Makanan Instan, Siapa Sangka Ginjal Bisa Terancam?

16 June 2025 - 10:48 WIB

Trending on Soft News